1. Kesabaran Kami...

Ini terjadi di awal tahun 2019, ayahku kesehatannya mulai terganggu. Dari sering merasa mudah kelelahan, terkadang jatuh dari motor, atau sering merasa masuk angin. Awalnya kami berfikir, mungkin karena jarak rumah dan kantor ayah jauh dan mengantar jemput adik jadi kelelahan menurut kami ini seperti hal yang wajar karena dari dahulu kami sering pulang pergi jkt-bekasi. Tapi hal ini semakin sering terjadi bahkan sering jatoh dari motor, kami merasa aneh. Aku pernah membawa ayah ke RS. untuk memeriksakan kondisi beliau karena pernah muntah darah. Aku cek sampe ke spesialis, alhamdulillah setelah itu tidak terjadi lagi namun akhir-akhir ini kenapa kondisi beliau menurun. Beliau pun susah untuk diajak ke dokter. Sampai saat di kondisi kami mencoba alternatif namun banyak pantangan makanan yang harus dihindari. Kami merasa bingung harus memberikan apa kepada beliau. Karena terlalu banyak pantangan dan hal yang harus dihindari. Dengan kondisi ayah yang menurun dan tak mau berhenti kerja aku memutuskan agar adikku berangkat dan pulang sekolah sendiri walaupun dia belum memiliki SIM. Tapi itu masih membuatnya khawatir akhirnya adikku yang mengendarai motor bersama ayahku dan setelah sampai di sekolah baru ayahku berangkat sendiri. Aku berharap ayah bisa bekerja di tempat adikku sekolah karena masih 1 yayasan tapi ayah selalu tidak mau. Keinginan selalu keras dan harus terpenuhi. Saat seperti itu tidak berlangsung lama, kami semua merasa bingung dengan kondisi seperti ini terlebih ibu yang harus selalu memilih bahan makanan yang bisa dikonsumsi oleh ayah. Sepertinya ibu merasa strezz karena kondisi itu, ibu sakit dan harus dibawa ke RS padahal saat itu ayah jg sakit. Aku ayah dan ibu yang diantar oleh pakde menggunakan mobilnya menuju RS. Terdekat Kami langsung ke ruang igd disana ibu langsung di tangani walaupun sedikit lambat penanganannya. Setelah di periksa ibu mengalami vertigo dan darah tinggi. Beberapa hari ibu dirawat di RS tersebut. Aku dan adik-adik selalu bolak balik ke untuk melihat kondisi ayah dan ibu. Alhamdulillah kondisi ibu semakin membaik tapi kami mulai khawatir dengan kondisi ayah. Akhirnya ibu sembuh dan diperbolehkan pulang, dari situ aku tidak memperbolehkan ibu untuk mengendarai motor sendiri. Baru beberapa hari di rumah kondisi ayah memprihatinkan aku bingung harus bagaimana, sudah mencoba membujuk untuk ke RS tapi ayah selalu menolak. Sampai pada titik ayah mulai tidak kuat menahan rasa sakit pada kepalanya. Kami selalu merayu untuk dibawa ke RS dan akhirnya pagi itu aku adikku niki membawa ayah ke RS menggunakan motor. Ayah selalu keras kepala dan semaunya sendiri. Kami menuruti kemauannya, sampai di RS langsung masuk igd lagi untuk kedua kalinya kami mengurus orang tua sakit. Kami khawatir takut ibu ikut drop lagi. Kami mencoba tenang menghadapi ini semua. Ayah akhirnya dirawat di kamar yang sama waktu ibu di rawat. Aku dan adik-adik selalu bolak balik RS untuk melihat kondisi ayah dan ibu. Tapi ternyata kondisinya semakin buruk dan kondisi RS itu memperburuk keadaan. Ternyata dokter disana cuti padahal pasien sudah merasa sakit kepala yang tak bisa ditahan lagi semua obat yang diberikan tidak memberikan efek apapun. Beberapa hari disana kondisinya semakin buruk sampai disentuh tempat tidurnya saja ayah merasakan sakit kepala. Kami mengeluh pada suster disana karena kondisi ayah. Dan suster itu memberitahu karena dokter cuti pasien bisa dirujuk ke beberapa RS yang ada dokter sarafnya.. Kami semua panik terlebih ayah semakin parah.... 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peripheral Jaringan Komputer

3. Ikhtiar Kami

2. Kami Diberikan Ujian